Sabtu, 25 Oktober 2014

segmentasi pasar dan analisis demografis__rencana perubahan

SEGMENTASI PASAR DAN ANALISIS DEMOGRAFI

1.             Segmentasi pasar
Suatu pasar menjadi kelompok-kelompok pembeli yang berbeda yang memiliki kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang berbeda yang mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran yang berbeda. Segmentasi pasar juga dapat diartikan sebagai proses pengidentifikasian dan menganalisis para pembeli di pasar produk, menganalisis perbedaan antara pembeli di pasar.
Proses Segmentasi pasar, proses segmentasi mempunyai beberapa langkah. 
(1) identifikasi basis segmentasi pasar.
(2) mengumpulkan informasi pasar.
(3) mengembangkan komposisi profil segmen.
(4) penetapan konsekuensi pemasaran.
(5) estimasi masing-masing potensi segmen pasar.
(6) analisis peluang pasar.
(7) penetapan penguasaan pasar.

2.             Segmentasi dan Kepuasan Konsumen       
a)      Kepuasan Fungsional,
merupakan kepuasan yang diperoleh dari fungsi atau pemakaian suatu produk.
Misalnya : kita meminum suatu produk untuk menghilangkan rasa dahaga.

b)      Kepuasan Psikologikal,
merupakan kepuasan yang diperoleh dari atribut yang bersifat tidak berwujud.
Misalnya : Perasaan bangga karena mendapat pelayanan yang sangat istimewa dari sebuah restoran yang mewah.
Pengelompokan inilah yang sering kita dengar sebagai segmentasi pelanggan. Segmentasi ini mutlak dilakukan secara bervariasi. Dapat di bagi beberapa segmen berdasarkan :
·         letak geografis
·         volume pembelian demografis
·         produk yang dibeli
·         sesuai kebutuhan konsumen
Pada umumnya tiap segmen adalah unik dan juga memberi kontribusi yang berbeda terhadap organisasi.

3.             Segmentasi dan Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisa profitabilitas ini.
Hubungan antara kepuasan pelanggan dan profitabilitas sangatlah erat. Studi yang menunjukkan hal ini, terutama sepanjang dekade 80-an dan awal 90-an sudah sangat banyak. Secara logikapun, pelaku bisnis juga dengan mudah meyakini adanya hubungan antara dua hal ini.Kepuasan pelanggan pada dasarnya adalah fungsi dari harapan dan persepsi terhadap kinerja suatu merek setelah pelanggan menggunakan atau mendapatkan pelayanan. Di   lain pihak, loyalitas adalah fungsi kepuasan pelanggan.
Faktor lain yang terutama adalah switching barrier dan personal loyalty. Jadi, pelanggan yang puas, tidaklah 100% akan loyal karena adanya kedua faktor tersebut. Tetapi adalah masih benar bahwa pelanggan yang puas, akan mempunyai kecenderungan untuk loyal terhadap merek tersebut. Dan dapat dilihat juga dari tingkat efisiensi proses produksi, berdayakan orang-orang yang berdedikasi melalui kepemimpinan, serta kompensasi yang sesuai.
1. Tingkatkan Efisiensi Proses ProduksiProses produksi yang efisien akan menghasilkan penghematan. Semakin berhemat, semakin rendah pula biaya produksi. Dengan semakin rendahnya biaya produksi, maka margin keuntungan juga samakin tinggi. Terapkan prinsip-prinsip “Total Quality     Management” sistem produksi Anda untuk memangkas biaya-biaya yang tidak perlu.
2. Berdayakan Orang-orang Yang Berdedikasi Melalui Kepemimpinan Manusia adalah sumberdaya terpenting dalam organisasi Anda. Semakin tinggi tingkat penghargaan Anda pada aspek manusia, semaking tinggi pula tingkat kemampuan untuk menciptakan keberhasilan organisasi. Dengan menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan organisasi yang efektif, Anda akan mampu membawa organisasi Anda ke level yang lebih tinggi dan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi pula.
3. Kompensasi Yang SesuaiManusia ingin dihargai. Jika Anda membayar lebih rendah dibandingkan kemampuan dan usaha yang sudah mereka berikan bagi organisasi Anda, mereka akan merasa dirugikan. Jika mereka merasa dirugikan, maka sebaiknya Anda jangan berharap mereka akan        memberikan yang terbaik bagi organisasi Anda. Jika kita melihat negara-negara yang sistem ekonominya telah maju, kita melihat bahwa sistem kompensasi yang diterapkan merefleksikan kinerja.
Penggunaan segmentasi pasar dalam penetapan strategi pemasaran.
Faktor penting lain yang harus diperhitungkan ketika mengembangkan strategi pemasaran untuk konsumen adalah “segmentasi pasar”.  Segmentasi pasar berarti membagi pelanggan potensial perusahaan ke dalam berbagai segmen atau kelompok (misalnya, berdasarkan usia, jenis kelamin, agama, lokasi, dll) dan kemudian memfokuskan strategi pemasaran pada satu atau lebih kelompok-kelompok. Bila menggunakan segmentasi pasar, penting untuk menentukan apa faktor-faktor yang akan dipertimbangkan. Faktor-faktor yang disebut variabel segmentasi. Variabel segmentasi perlu berhubungan dengan kebutuhan, penggunaan, atau perilaku terhadap produk atau jasa. Sebagai contoh, produsen gitar akustik akan paling mungkin segmen pasar berdasarkan usia, yaitu, strategi pemasaran mereka akan dirancang untuk menarik dan mempengaruhi remaja.
Sumber daya dan kemampuan perusahaan untuk menentukan jumlah dan ukuran segmen pasar yang mereka dapat berharap untuk menarik dengan strategi pemasaran mereka. Jenis produk dan layanan, serta variasi dalam kebutuhan pelanggan mereka, akan memainkan peran dalam ukuran dan jumlah segmen pasar yang ditargetkan. Memilih variabel segmentasi yang tepat adalah bagian penting dalam penargetan pasar konsumen tertentu. Memilih variabel segmentasi yang tepat adalah bagian penting dalam penargetan pasar konsumen tertentu. Segmentasi pasar merupakan tindakan untuk mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli yang terpisah-pisah yang mungkin membutuhkan produk dan bauran pemasaran yang tersendiri. Pada penelitian ini basis segmentasi yang digunakan adalah gaya hidup yang dapat mempengaruhi bauran pemasaran dan preferensi terhadap bauran pemasaran dari E-Commerce. Ini berarti basis segmentasi ini dilihat dari perilaku mereka terhadap bauran pemasaran.
Dengan kesamaan karakteristik perilaku yang berpengaruh terhadap bauran pemasaran ini diharapkan setiap segmen yang terbentuk dapat didekati dengan penawaran yang tepat sehingga meningkatkan kepuasan pelanggan dari masing-masing segmen
Dari kedelapan elemen bauran pemasaran yang digunakan terdapat 6 elemen yang signifikan dalam membedakan antar segmen, yaitu produk, promosi, bukti fisik, komunitas, proses dan harga. Dua yang lain yaitu tempat dan perubahan ternyata untuk tingkat kepercayaan 95% tidak dapat digunakan untuk membedakan segmen. Ini berarti setiap segmen mempunyai preferensi bauran pemasaran yang sama terhadap kedua elemen tersebut.
Contoh Segmentasi Pasar dalam Perusahaan Indosat
Indosat melakukan gebrakan dengan meluncurkan Indosat Mentari untuk membidik segmen pasar para pengguna smartphone. Dalam keterangan pers yang disampaikan Suwignyo, Head of Area Jatim PT Indosat, Senin (17/12/2012), Mentari ini dilahirkan kembali dengan logo baru dengan harapan Mentari kembali bersinar terang. “Indosat Mentari dilahirkan kembali untuk menyasar para pengguna smartphone yang tahun 2013 diprediksi akan tumbuh menjadi dua kali lipat dari sekarang. Merek merek pabrikan China akan membanjiri Indonesia sehingga menjadi peluang yang harus ditangkap,” kata Suwignyo. Indosat Mentari ini menembak pangsa para profesional yang  menggunakan prepaid. Di Jatim saat ini Mentari memiliki pelanggan 2,8 juta. Tahun depan ditarget 300 ribu pelanggan baru.
Untuk para pengguna Indosat Mentari ini disiapkan paket yang cukup menarik. Paket prabayar premium ini dilengkapi dengan fasilitas gratis Whatsapp 12 bulan, gratis telpon 200 menit ke semua operator, gratis paket BB full service / BB gaul dengan kuota sampai 3 GB dengan kecepatan hingga 7,2 Mbps.
Pengguna Indosat Mentari bisa memilih tiga paket yang disediahkan, paket harian, paket mingguan dan paket bulanan melalui *123*2#. Untuk paket harian tarifnya Rp5.000 mendapat gratis nelpon sesama Indosat selama 30 menit, 15 SMS dan gratis WhatsApp.
Sedangkan untuk paket bulanan bisa memilih tarif Rp49.000, Rp99.000 dan Rp149.000. Ketiga paket ini sama sama mendapat gratis nelpon dan SMS sesama Indosat hanya waktu durasinya dan jumlahnya berbeda.
Selain itu juga gratis nelpon ke operator lain. Untuk paket Rp49.000 mendapat gratis 25 menit, Rp.99.000 gratis nelpon 50 menit dan paket Rp149.000 dapat bonus free nelpon ke operator lain selama 50 menit.


RENCANA PERUBAHAN

1.             Analisis Konsumen dan Kebijakan Sosial
Analisis konsumen berguna untuk melihat bagaimana konsumen mengambil keputusan dan peran pemasaran di dalamnya.
Pengambilan Keputusan Konsumen
Proses pengambilan keputusan yang dilakukan seseorang mengalami berbagai pentahapan sebagai berikut:
1. Analisis Kebutuhan. Konsumen merasa bahwa dia membutuhkan sesuatu untuk memenuhi keinginannya. Kebutuhan itu bisa dibangkitkan oleh dirinya sendiri ataupun stimulus eksternal. Stimulus bisa melalui lingkungan bergaul, sesuatu yang dilihat, ataupun dari komunikasi produk atau jasa perusahaan lewat media massa, brosur, dan lain-lain.
2. Pencarian Informasi. Setelah kebutuhan itu dirasakan, konsumen kemudian mencari produk ataupun jasa yang bisa memenuhi kebutuhannya.
3. Evaluasi Alternatif. Konsumen kemudian mengadakan evaluasi terhadap berbagai alternatif yang tersedia mulai dari keuntungan dan manfaat yang dia peroleh dibandingkan biaya yang harus ia keluarkan.
4. Keputusan Pembelian. Konsumen memutuskan untuk membeli merek tertentu dengan harga tertentu, warna tertentu.
5. Sikap Paska Pembelian. Sikap paska pembelian menyangkut sikap konsumen setelah membeli produk ataupun mengkonsumsi suatu jasa. Apakah dia akan puas dan terpenuhi kebutuhannya dengan produk atau jasa tersebut atau tidak.
Analisis Kebijakan Sosial 
Analisis kebijakan (policy analysis) dapat dibedakan dengan pembuatan atau pengembangan kebijakan (policy development). Analisis kebijakan tidak mencakup pembuatan proposal perumusan kebijakan yang akan datang. Analisis kebijakan lebih menekankan pada penelaahan kebijakn yang sudah ada. Sementara itu, pengembangan kebijakan lebih difokuskan pada proses pembuatan proposal perumusan kebijakan yang baru. 
Namun demikian, baik analisis kebijakan maupun pengembangan kebijakan keduanya memfokuskan pada konsekuensi-konsekuensi kebijakan. Analisis kebijakan mengkaji kebijakan yang telah berjalan, sedangkan pengembangan kebijakan memberikan petunjuk bagi pembuatan atau perumusan kebijakan yang baru. 
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa analisis kebijakan sosial adalah usaha terencana yang berkaitan dengan pemberian penjelasan (explanation) dan preskripsi atau rekomendasi (prescription or recommendation) terhadap konsekuensi-konsekuensi kebijakan sosial yang telah diterapkan. Penelaahan terhadap kebijakan sosial tersebut didasari oleh oleh prinsip-prinsip umum yang dibuat berdasarkan pilihan-pilihan tindakan sebagai berikut: 
1. Penelitian dan rasionalisasi yang dilakukan untuk menjamin keilmiahan dari analisis yang dilakukan. 
2. Orientasi nilai yang dijadikan patokan atau kriteria untuk menilai kebijakan sosial tersebut berdasarkan nilai benar dan salah. 
3. Pertimbangan politik yang umumnya dijadikan landasan untuk menjamin keamanan dan stabilitas. 

2.             Perubahan struktur pasar konsumen
Struktur Pasar Konsumen - Persaingan Sempurna, Monopolistik, Oligopoli dan Monopoli :

1. Pasar Persaingan Sempurna
Jenis pasar persaingan sempurna terjadi ketika jumlah produsen sangat banyak sekali dengan memproduksi produk yang sejenis dan mirip dengan jumlah konsumen yang banyak. Contoh produknya adalah seperti beras, gandum, batubara, kentang, dan lain-lain. Sifat-sifat pasar persaingan sempurna :
- Jumlah penjual dan pembeli banyak
- Barang yang dijual sejenis, serupa dan mirip satu sama lain
- Penjual bersifat pengambil harga (price taker)
- Harga ditentukan mekanisme pasar permintaan dan penawaran (demand and supply)
- Posisi tawar konsumen kuat
- Sulit memperoleh keuntungan di atas rata-rata
- Sensitif terhadap perubahan harga
- Mudah untuk masuk dan keluar dari pasar

2. Pasar Monopolistik
Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut berbeda-beda antara produsen yang satu dengan yang lain. Contoh produknya adalah seperti makanan ringan (snack), nasi goreng, pulpen, buku, dan sebagainya. Sifat-sifat pasar monopolistik :
- Untuk unggul diperlukan keunggulan bersaing yang berbeda
- Mirip dengan pasar persaingan sempurna
- Brand yang menjadi ciri khas produk berbeda-beda
- Produsen atau penjual hanya memiliki sedikit kekuatan merubah harga
- Relatif mudah keluar masuk pasar

3. Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli adalah suatu bentuk persaingan pasar yang didominasi oleh beberapa produsen atau penjual dalam satu wilayah area. Contoh industri yang termasuk oligopoli adalah industri semen di Indonesia, industri mobil di Amerika Serikat, dan sebagainya. Sifat-sifat pasar oligopoli :
- Harga produk yang dijual relatif sama
- Pembedaan produk yang unggul merupakan kunci sukses
- Sulit masuk ke pasar karena butuh sumber daya yang besar
- Perubahan harga akan diikuti perusahaan lain

4. Pasar Monopoli
Pasar monopoli akan terjadi jika di dalam pasar konsumen hanya terdiri dari satu produsen atau penjual. Contohnya seperti microsoft windows, perusahaan listrik negara (pln), perusahaan kereta api (perumka), dan lain sebagainya. Sifat-sifat pasar monopoli :
- Hanya terdapat satu penjual atau produsen
- Haarga dan jumlah kuantitas produk yang ditawarkan dikuasai oleh perusahaan monopoli


SUMBER   :


Senin, 13 Oktober 2014

sosio teknologi

Sosio teknologi
A.  Pengertian Sosioteknologi
Menurut Filino Harahap (Mangunwijaya, 1983) teknologi merupakan penerapan secara sistematis dari pengetahuan-pengetahuan ilmiah untuk keperluan-keperluan praktis. Pengetahuan-pengetahuan tersebut terakumulasi dalam kemampuan teknik dan intelektual yang diaplikasikan secara praktis dalam menciptakan produk (barang dan jasa) untuk keperluan umat manusia.
Secara umum, definisi sosioteknologi adalah sebuah epistemologi pengembangan sains dan teknologi dengan sudut pandang aspek kemasyarakatan dan kemanusiaan. Studi ini memiliki fungsi dan peran untuk mentransformasikan masyarakat menjadi masyarakat pengetahuan yang kritis, kreatif, dan inovatif (Pikiran Rakyat, 29 Agustus 2001).
Sosioteknologi sendiri mencoba menelaah lebih jauh tentang keterkaitan ataupun relasi antara manusia dengan teknologi. Penelaahan ini berkaitan dengan implikasi yang ditimbulkan teknologi terhadap segi-segi kehidupan dan penghidupan masyarakat –bagaimana seharusnya mengelola dampak dan peran teknologi tersebut dalam meningkatkan derajat kemasyarakatan di satu sisi, serta bagaimana seharusnya sikap dan peran masyarakat dalam menerima fungsi teknologi itu di sisi lain (Sinaga, 2001).
Beberapa prinsip dalam hal hubungan antara manusia dengan teknologi antara lain :
a.       Watak teknologi
Teknologi bukanlah “benda mati”, ia “hidup”. Ia memiliki mekanisme dan dinamika kerjanya sendiri. Mekanisme itu dapat mengubah manusia penggunanya sehingga manusianya sehingga manusianya ikut menjadi alat. Manusia yang hakekatnya adalah makhluk yang mengekspresikan keunikan dirinya lewat pekerjaannya (homo faber), akhirnya bisa kehilangan kemanusiaannya dan menjadi alat belaka atau salah satu komponen saja dari sistem pekerjaan atau produksinya. Dan karena merupakan suatu kesatuan sistem, teknologi bukan sekedar alat tak berjiwa melainkan ia mampu juga menciptakan dunianya tersendiri dengan seperangkat sistem nilainya (Sutama, www.bpkpenabur.or.id/index.htm).
Selain itu teknologi yang umumnya diyakini sebagai kebutuhan pokok untuk “maju” dan membebaskan manusia dari bencana-bencana alam pada akhirnya tidak hanya membebaskan, ia bahkan memperbudak. Dan kebebasan yang diberikannya pun bukanlah kebebasan dari kebuasan alam, tetapi kebebasan dari semua nilai-nilai transendental (Sardar, Sains Teknologi dan Pembangunan di Dunia Islam).
Perangai teknologi tersebut (dari kodratnya) pada akhirnya akan menuju ke arah sistem kemasyarakatan dan kontrol kehidupan yang semakin otoriter, sentralistis dan tak kenal ampun dalam memaksakan dalil-dalil konsolidasi. Bahkan pengaruh teknologi pada suatu saat akan mengarah kepada penyeragaman budaya yang universal, yang mana keseluruhannya itu masuk ke dalam wilayah yang “terbentuk” oleh teknologi (Ladriere, 1977).
b.      Teknologi dan manusia
Berbicara mengenai manusia yang akan menjadi pengguna teknologi tidak kalah penting dibandingkan dengan membicarakan teknologi itu sendiri. Hal ini tidak dapat dipisahkan. Maka penting juga kiranya untuk mengetahui pola-pola interaksi yang terjadi antara manusia dengan teknologi.
Menurut Josef Banka (Mangunwijaya, 1983) manusia yang berinteraksi dengan mesin (teknologi), jika ia tidak berhati-hati, ia akan sangat kuat dipengaruhi oleh watak dari teknologi. Ia dapat terkena bahaya samping dari teknologi dimana manusia tersebut akan mengalami konflik manusiawi yang sangat khas. Di satu sisi ia sebagai manusia membutuhkan komunikasi, simpati spontan, keterbukaan tanpa curiga terhadap manusia lain sedangkan di sisi lain terhadap reaksi-reaksi spontan dalam arti teknik otomatisasi pengemudian.
Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan teknologi. Pada tingkatan yang mendasar, faktor-faktor tersebut ditopang oleh sesuatu yang tidak disadari yang dapat diasumsikan sebagai kumpulan konsep ataupun paket kepercayaan dan nilai yang terangkum bersama kedalam suatu “pandangan dunia” ataupun ideologi. Jika diibaratkan dengan ikatan rantai yang tertambat, dan pengetahuan tertambat pada seribu rantai hak milik orang-perorangan maka teknologi tidak hanya sekedar itu, namun ia bahkan lebih dalam dari itu. Ia terdapat pada akar dan watak kebudayaan. Teknologi terikat kedalam mental seluruh totalitas kebudayaan (Mangunwijaya, Teknologi dan Dampak Kebudayaannya).
B.   Perpindahan teknologi (alih teknologi)
Perpindahan teknologi umum dilakukan. Namun dengan mengingat karakter teknologi dan juga karakter budaya yang diwakilinya maka teknologi tidak bisa dengan gampang begitu saja dipindahkan. Jika teknologi diibaratkan sebagai sinar, maka sinar kebudayaan yang terlepas (ditransfer) bagaikan elektron yang terlepas ataupun penyakit menular yang tersesat. Ia dapat membawa maut apabila dipisahkan dari susunan tempat sebelumnya ia berfungsi, lalu lepas berdiri sendiri, keluar mengembara di dalam lingkungan lain.
Bila teknologi dipindahkan begitu saja, maka hal itu merupakan hal yang kurang tepat. Namun hal ini sering dilakukan terutama terhadap teknologi yang berasal dari Barat. Dengan melakukan ini dapat diartikan sebagai mengeluarkan teknologi Barat dari lingkungan lokalnya dan konteks sejarahnya.
C.   Perkembangan teknologi terhadap struktur masyarakat
Ø  Persepsi masyarakat terhadap IPTEK
IPTEK memainkan peran penting sebagai sebuah agen pembaharu di masyarakat. Sebagai bangsa yang bergerak ke arah ekonomi berbasis pengetahuan, dibandingkan ekonomi berbasis sumber daya alam sesuai dengan paradigma tekno-ekonomi, IPTEK menjadi landasan keberhasilan pembangunan ekonomi yang didukung oleh kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia yang kompetitif. Kekuatan bangsa diukur dari kemampuan IPTEK sebagai faktor primer ekonomi menggantikan modal, lahan, dan energi untuk peningkatan daya saing. UU No. 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan IPTEK mengamanatkan tanggung jawab penelitian bukan lagi monopoli pemerintah, tetapi juga menuntut peran serta masyarakat. Dengan demikian, masyarakat pada akhirnya dituntut mempunyai wawasan memadai untuk memahami IPTEK. IPTEK akan berkembang secara cepat dan diskusi mengenai isu-isu yang timbul dari perkembangan tersebut sangat penting. Beberapa negara di belahan Benua Eropa telah mengalami berbagai tantangan dalam menangani isu-isu kontroversial, contohnya: rekayasa genetika. Negara-negara tersebut memperoleh pelajaran berharga dalam usahanya untuk memperkenalkan dan melibatkan masyarakat umum terhadap IPTEK. Masyarakat dengan tingkat pendidikan lebih tinggi akan berargumen bahwa IPTEK sangat esensial untuk masyarakat yang berpendidikan lebih rendah.
Dalam masyarakat yang dinamis, sikap dan pandangan lebih penting daripada proses penerimaan suatu informasi bernuansa IPTEK. Individu di dalam suatu komunitas masyarakat akan bersikap atau bereaksi terhadap suatu situasi dan kondisi sosial tergantung segi kualitas materi informasi IPTEK, sehingga strategi komunikasi IPTEK mempunyai ruang lingkup lebih luas dan mencakup aspek interaksi antara masyarakat dengan IPTEK. Studi mengenai pendekatan dan indikator pemahaman masyarakat tentang IPTEK umumnya terdiri dari tiga unsur pokok yang saling berkaitan antara satu sama lain: ketertarikan, pengetahuan, dan perilaku.
Indikator unsur ketertarikan bertujuan untuk mengukur hubungan masyarakat dengan perkembangan IPTEK. Indikator pengetahuan bertujuan untuk mengukur tingkatan pemahaman masyarakat ter-hadap perkembangan IPTEK. Indikator ini berkaitan dengan hubungan antara IPTEK dan media massa yang juga mengukur derajat keberhasilan komunikasi IPTEK terhadap masyarakat dan mengetahui sumber informasi yang paling sering digunakan masyarakat untuk mendapatkan informasi IPTEK, seperti TV, radio, koran, majalah, internet, museum, dll. Adapun indikator perilaku mencakup perilaku dan penerimaan masyarakat terhadap proses pendanaan suatu inovasi IPTEK serta presepsi masyarakat terhadap keuntungan dan resiko penerapan inovasi IPTEK tersebut.
D.  Akibat kemajuan teknologi terhadap sosial budaya
Ø  Perbedaan kepribadian pria dan wanita.
Banyak pakar yang berpendapat bahwa kini semakin besar porsi wanita yang memegang posisi sebagai pemimpin, baik dalam dunia pemerintahan maupun dalam dunia bisnis. Bahkan perubahan perilaku ke arah perilaku yang sebelumnya merupakan pekerjaan pria semakin menonjol. Data yang tertulis dalam buku Megatrend for Women:From Liberation to Leadership yang ditulis oleh Patricia Aburdene & John Naisbitt (1993) menunjukkan bahwa peran wanita dalam kepemimpinan semakin membesar. Semakin banyak wanita yang memasuki bidang politik, sebagai anggota parlemen, senator, gubernur, menteri, dan berbagai jabatan penting lainnya.
Meningkatnya rasa percaya diri. Kemajuan ekonomi di negara-negara Asia melahirkan fenomena yang menarik. Perkembangan dan kemajuan ekonomi telah meningkatkan rasa percaya diri dan ketahanan diri sebagai suatu bangsa akan semakin kokoh. Bangsa-bangsa Barat tidak lagi dapat melecehkan bangsa-bangsa Asia.
Tekanan, kompetisi yang tajam di berbagai aspek kehidupan sebagai konsekuensi globalisasi, akan melahirkan generasi yang disiplin, tekun dan pekerja keras.
Meskipun demikian kemajuan teknologi akan berpengaruh negatif pada aspek budaya antara lain :
Kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan pelajar. Kemajuan kehidupan ekonomi yang terlalu menekankan pada upaya pemenuhan berbagai keinginan material, telah menyebabkan sebagian warga masyarakat menjadi “kaya dalam materi tetapi miskin dalam rohani”.
Kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja semakin meningkat semakin lemahnya kewibawaan tradisi-tradisi yang ada di masyarakat, seperti gotong royong dan tolong-menolong telah melemahkan kekuatan-kekuatan sentripetal yang berperan penting dalam menciptakan kesatuan sosial. Akibat lanjut bisa dilihat bersama, kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja dan pelajar semakin meningkat dalam berbagai bentuknya, seperti perkelahian, corat-coret, pelanggaran lalu lintas sampai tindak kejahatan.
Pola interaksi antar manusia yang berubah Kehadiran komputer pada kebanyakan rumah tangga golongan menengah ke atas telah merubah pola interaksi keluarga. Komputer yang disambungkan dengan telpon telah membuka peluang bagi siapa saja untuk berhubungan dengan dunia luar. Program internet relay chatting (IRC), internet, dan e-mail telah membuat orang asyik dengan kehidupannya sendiri. Selain itu tersedianya berbagai warung internet (warnet) telah memberi peluang kepada banyak orang yang tidak memiliki komputer dan saluran internet sendiri untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui internet. Kini semakin banyak orang yang menghabiskan waktunya sendirian dengan komputer. Melalui program internet relay chatting (IRC) anak-anak bisa asyik mengobrol dengan teman dan orang asing kapan saja.
E.   Penanganan dalam penggunaan teknologi agar tidak melanggar norma dan nilai yang di anut oleh masyarakat
Ø  Makna Konsekuensi Kultural Teknologi Komunikasi
Untuk memahami makna konsekuensi kultural teknologi komunikasi, perludiungkap pengertian cultural lebih dulu. Kultural berasal dari kata cultural, yangdalam Bahasa Inggris berartihaving to do with culture (berkaitan dengan budaya).Jadi, tidak berlebihan bila kultural diartikan sebagai kebudayaan. Atas dasarpemikiran di atas, konsekuensi cultural pemakaian teknologi komunikasi dilihat padakarakter yang dimiliki lembaga sosial, sistem pengetahuan, perilaku keseharianindividu dan komunitas, sistem nilai dan norma dalam masyarakat berubah, sebagaikelanjutan logis pemakaian teknologi komunikasi, maka sudah terjadi konsekuensikultural. Sebaliknya, bila karakter lembaga sosial, sistem pengetahuan, perilakukeseharian individu dan komunitas, sistem nilai dan norma dalam masyarakat,sebagai kelanjutan logis pemakaian teknologi komunikasi, tidak berubah; maka tidakada konsekuensi kultural pemakaian teknologi komunikasi.

Ø  Konsekuensi Kultural. Pemakaian Teknologi Komunikasi
Bila kita menengok kenyataan, misalnya pada perilaku orang-orang yang sukamengakses internet, temyata mereka sadar bahwa kadang-kadang mereka”berurusan” dengan apa yang disebut realitas maya (virtual reality). Realitas mayasendiri, seperti ditulis Mark Slouka, merujuk pada lingkungan yang “menyelubungi”atau “menghidupkan secara sensual”, yang dimasuki individu dengan caramenghubungkan dirinya ke komputer (1999:38). Dengan kata lain, orang-orang yangsuka mengakses internet sadar bahwa komputer menciptakan ilusi untuk mereka.Tetapi, tidak banyak yang bisa membedakan ilusi tersebut dengan dunia nyata.Akibatnya, mereka merasa senang menghadapinya.Bisa saja tawaran yang diajukan dunia semu itu sejalan dengan kebutuhanindividu yang mengakses internet. Bisa saja tawaran dunia semu tersebut sesuaidengan keinginan individu untuk menciptakan identitas baru buat dirinya. Yang jelas,jaringan internet telah menawarkan bentuk komunitas baru, yaitu komunitas maya(virtual community). Dalam konteks komunitas semu ini, paling sedikit ada duakonsekuensi kultural pemakaian teknologi komunikasi yang menonjol, yaitu:
Perubahan Sistem Nilai dan Norma
Jika diibaratkan sebagai pengembara, maka orang-orang yang mengaksesinternet akan banyak melakukan perjalanan, banyak melihat dan tentu sajabanyak memperoleh informasi. Semua pengalarnan itu, tentu saja akan mengubahpandangan mereka tentang diri mereka sendiri serta nilai dan norma yang selamaini mereka anut. Bukan mustahil mereka lantas mengadopsi nilai-nilaiprofesionalisme yang mengutamakan prinsip kepakaran, otoritas, otonomi,autensitas dan integritas. Bukan mustahil pula mereka tidak menyukai lagisolidaritas komunal. Kalau ini yang terjadi, sesungguhnya perubahan sistem nilaiitu baik untuk kemajuan masyarakat secara keseluruhan. Artinya, nilai-nilai yangdiadopsi adalah nilai yang bermanfaat untuk membangun kebudayaan industrial.
Tetapi bukan mustahil yang terjadi adalah, orang-orang yang mengaksesinternet tidak peduli lagi dengan tatanan moral, sistem nilai dan norma yangtelah disepakati berpuluh-puluh tahun. Mereka hanyut dalam pengembaraanmereka dan menabrak apa saja yang mereka anggap menghambat tujuan mereka.Mereka merasa tidak peduli lagi dengan segala aturan yang ada.Bila melihat kenyataan di negara-negara maju, kita tentu mengerti bahwaperubahan yang terjadi pada orang-orang yang mengakses internet adalahperubahan moral dan kemanusiaan. Orang tidak peduli lagi dengan moral yangselama ini dijunjung tinggi. Orang juga tidak peduli dengan nilai kemanusiaanorang lain. Sudah begitu, orang lebih percaya pada isu daripada informasi, lebihpercaya pada rumor ketimbang kebenaran. Pergeseran nilai yang nampak ekstrimadalah kemudahan pengguna untuk menjelajahi situs-situs porno atau situs-situscabul yang banyak bertebaran di internet dan bebas sensor karena internetdianggap tidak memiliki aturan dan kejelasan hukum dalam penggunaannya.Selain itu muncul kejahatan menggunakan internet yang disebut dengan“carding” berupa pembobolan kartu kredit milik orang lain. Ini disebabkan karenakeamanan dalam internet saat ini masih belum sempurna khususnya berkaitandengan subscribe pendaftaran diri pada suatu situs.
Penyerahan sebagian otoritas diri pada teknologi komunikasi
Bila dicermati maka orang-orang yang mengakses teknologi komunikasiinformasi akan meluangkan waktu yang banyak dan biaya yang mahal untukmencari informasi yang dibutuhkan. Meski telah terpuaskan oleh informasi yangdidapat kecenderungannya orang-orang tersebut akan terus mencari dan mencariinformasi memalui internet. Disinilah kondisi penyerahan diri pada teknologiterjadi akibanya Keasyikan dalam menggunakan internet menjadikan semacamkecanduan yang mau tidak mau membawa ke arah pengeluaran keuangan yanglebih.
Selain itu penggunaan internet memunculkan trend centre gaya hidup denganpenambahan pengetahuan dari media internet Orang tidak dianggap eksis bilatidak memiliki e-mail atau bergabung dalam komunitas virtual seperti friendsteratau blogger. Lembaga tidak dianggap eksis bila tidak memiliki website atau situsresmi.
Kolonialisasi
Munculnya teknologi komunikasi menyebabkan arus informasi dari Negaramaju ke negara berkembang adalah tidak seimbang. Ketidakseimbangan inimenyebabkan masyarakat negara tertentu lebih banyak mengkonsumsi informasidari negara yang rich informations (maju). Sehingga memungkinkan munculnyakolonialisasi> Kolonialisasi disini bukannya taktik imperialisme dalam penaklukannegara lain melalui akuisisi tanah dan wilayah namun berupa penjajahan melaluiarus informasi.
Ø  Sikap terhadap Informasi dan Teknologi
Salah satu nilai penting yang harus dibangun dalam penggunaan teknologi komunikasi adalah kejujuran (saling percaya). Ketidaksaling-percayaan dapat membuat teknologi komunikasi sia-sia. Sebagai contoh, perangkat teknologi yang dipasang di Gedung MPR bernilai ratusan juta rupiah untuk menghitung perolehan suara lewat voting tidak digunakan sama sekali dalam sidang MPR tahun 1999 karena setiap pihak (wakil partai politik) tidak percaya bahwa perangkat tersebut mampu menghitung suara secara benar. Kecurigaan timbal balik di antara berbagai pihak tersebut telah memubazirkan alat teknologi yang harganya mahal itu, padahal uang rakyat digunakan untuk itu.
Maka sebelum kita menyebarkan IPTEK dan meningkatkan daya saingnya kepada masyarakat, sekali lagi aspek-aspek tersebut harus cocok dengan nilai-nilai yang kita anut sebagai bangsa, dan harus bermanfaat bagi kemajuan bangsa kita lahir-batin. Sayangnya hingga saat ini kita belum memiliki jati-diri ini. Maka sebelum atau seraya kita mengembangkan dan menerapkan IPTEK kepada masya-rakat, kita juga harus menanamkan nilai-nilai yang ingin kita anut sebagai sebuah bangsa yang berbermartabat. Tanpa jati-diri yang kuat, tidak mungkin kita dapat memajukan bangsa kita lewat pengembangan IPTEK.
Jati-diri bangsa kita adalah ruh pembangunan masyarakat ini. Tanpa keyakinan ini kita akan terombang-ambing dalam percaturan antarbangsa. Kita akan dimanipulasi bangsa lain, dimanfaatkan, dikambing-hitamkan. Kita akan menjadi budak mereka bukan mitra sejajar yang punya harga diri. Untuk mengembangkan IPTEK di Indonesia, kita perlu melakukan penelitian mengenai sistem budaya (kepercayaan) berbagai komunitas di Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan kepercayaan budaya mereka terhadap hal-hal yang baru. Penelitian mengenai ragam nilai budaya komunitas-komunitas etnik misalnya perlu dilakukan secara intensif. Para antropolog, sosiolog, psikolog, komunikolog, dan linguis perlu diterjunkan untuk menghimpun sistem nilai budaya mereka, termasuk bahasa mereka yang mencerminkan nilai-nilai tersebut.

SUMBER        :
Effendi, Ridwan dan Elly Malihah. 2007. Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi (PLSBT). Bandung: CV.Yasindo Multi Aspek
Mangunwijaya, Y. B. 1983. Teknologi dan Dampak Kebudayaannya, Yayasan Obor Indonesia.
Pikiran Rakyat, 29 Agustus 2001
Sinaga, Anggiat. 2001. Sains, Teknologi dan Kemasyarakatan, Warta Sosioteknologi: ITB
Sutama, Adji yang diakses di www.bpkpenabur.or.id/index.htm
UU No. 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian Pengembangan dan Penerapan IPTEK.